Monday, February 16, 2009

about Mall icip-icip

Salam untukmu sobatku...

Project Mall icip-icip ini cukup menyita porsi waktuku yang aslinya memang sudah sedikit... Terus-terang, beberapa ide, komentar, antusiasme, dan masukan dari teman-teman sangat membuatku bahagia... Perasaan yang sulit didefinisikan dengan kata-kata... Terima kasih atas semua itu Kawan...

Ide Mall icip-icip ini berawal dari rasa penasaran akan review-review di berbagai televisi, majalah, atau web sekalian, yang seakan selalu bermulut manis pada semua reviewnya... yang gak enak dibilang "enak", yang memang beneran enak dibilang "maknyuss"... Penasaran itu akhirnya membawaku pada sebuah pertanyaan, apa resikonya kalau kita bilang "gak enak" pada makanan yang memang tidak enak, dan bilang "Pelayannya ngaco" pada pelayanan restoran yang memang gak bener...? Pertanyaan yang sebenarnya menyadarkanku akan pikiran naifku saat itu (yang memang kadang-kadang muncul), tentu saja bukan masalah resiko, it's all about the money...!

Tentunya restoran akan menyajikan masakan yang "wah" dengan pelayanan super apabila akan masuk TV atau majalah, ditambah lagi mungkin ada sedikit "cindera mata" untuk si reviewer... Sehingga ketika kita datang ke resto yang sama, kata-kata seperti "kok gini yach ?" akan muncul... Berbeda dengan film Ratatouille (2007) yang menceritakan tentang pekerjaan seorang kritikus makanan, mereka benar-benar jujur akan reviewnya, bahkan yang bagus sekalipun dibilang jelek kalau ternyata ada satu hal yang kurang sempurna...

Berawal dari itu semua, saya lantas mencoba memulai Mall icip-icip dengan segala kejujuran, dengan datang disaat tak terduga sehingga kejadian-kejadian yang saya alami dan ceritakan di Mall icip-icip mungkin saja terjadi pada anda... datang disaat ramai, sampai tidak memakai bumbu tambahan atau saos apapun ketika menyantap masakan yang disajikan chef ke saya... dengan Mall icip-icip, saya mencoba menghadirkan pengalaman membaca review yang berbeda... anda akan melihat foto lalat pada soup apabila memang hal itu kejadian saat review...

Menulis review makanan sebenarnya susah-susah gampang, karena selera kita berbeda-beda, lain halnya dengan orang Eropa yang lebih mementingkan penampilan makanannya dibandingkan rasanya, pernah ketika saya bertanya pada seorang German tentang makanannya, dia menjawab, "Nice, the food was beautiful", bagi mereka tata-cara makan lebih penting daripada rasanya itu sendiri... sehingga saya pikir orang Eropa sepertinya lebih mudah menulis review... dikarenakan selera yang berbeda-beda itu, tidak jarang saya bertanya pada orang lain sebelum saya menulis atau menyimpulkan...

Kawan, minggu ini tidak ada review makanan karena saya sedang mempersiapkan pre-wedding di Pulau yang sangat indah, Pulau Dewata.. Sehingga saya mohon ijin dulu, pamit untuk minggu ini dan minggu depan, saya akan menulis lagi di awal bulan Maret 2009...

Saya tutup dengan sebuah Quote dari kritikus terkenal (coba tebak siapa dia, hihihi) :
In many ways, the work of a critic is easy. We risk very little yet enjoy a position over those who offer up their work and their selves to our judgment. We thrive on negative criticism, which is fun to write and to read. But the bitter truth we critics must face, is that in the grand scheme of things, the average piece of junk is more meaningful than our criticism designating it so. But there are times when a critic truly risks something, and that is in the discovery and defense of the new. The world is often unkind to new talent, new creations, the new needs friends. Last night, I experienced something new, an extraordinary meal from a singularly unexpected source. To say that both the meal and its maker have challenged my preconceptions about fine cooking is a gross understatement. They have rocked me to my core. In the past, I have made no secret of my disdain for Chef Gusteau's famous motto: Anyone can cook. But I realize, only now do I truly understand what he meant. Not everyone can become a great artist, but a great artist can come from anywhere. It is difficult to imagine more humble origins than those of the genius now cooking at Gusteau's, who is, in this critic's opinion, nothing less than the finest chef in France. I will be returning to Gusteau's soon, hungry for more.

Ps: Beberapa orang bertanya, kok bisa kepikiran nama "Mall icip-icip" ? Jawabannya sederhana : "gue juga ga tau"


Monday, February 9, 2009

Kafe Betawi

Alkisah si Kabayan dari kampung sedang kelaparan di sebuah Mall di Jakarta, dan dia pun bermaksud mencari makanan yang agak murah di Mall itu.. Sambil terus berjalan, Kabayan melihat banyak tempat makan bergaya Eropa dan Jepang yang secara harga kelihatannya jauh dari bumi dia.. sampai akhirnya dia melihat Kafe Betawi..! Restoran yang suasananya benar-benar mengingatkan Kabayan pada kampungnya, Kabayan pun lantas berasumsi makanan di restoran itu murah karena restoran itu menyajikan makanan sehari-harinya dikampung.. Kabayan pun dengan Pedenya melangkah masuk ke Kafe Betawi... Selanjutnya ? Terserah imaginasi terliar anda, hahaha..

Saya cukup sering makan di Kafe Betawi kalau tidak tau mau makan apa di Pluit Junction. Pertama, selain harga yang termasuk agak murah di Pluit Junction, rasanya juga lumayan enak.

Menu hari itu
1. Soto Betawi + Nasi Putih (Rp. 25.000,- + Rp. 4.000,-)
Pada Menu


Aslinya



Isinya ada Paru, Babat, Kikil, dan Daging.. kamu bisa minta bawang goreng tambahan kalau suka.. Rasanya bagi saya sebenarnya agak kurang gurih, tapi biasanya teratasi dengan menambahkan garam atau kecap manis, tergantung mood saat itu sedang mau manis atau asin.. Dagingnya lembut, kikil dan babatnya juga lembut..

2. Nasi Rawon (Rp 25.000,-)
Pada menu


Aslinya



Ini bukan kopi..!

Cangkir dengan isi yang berwarna hitam itu bukan Kopi.. melainkan kuah rawonnya, rasanya cukup gurih, dengan daging yang sedikit kasar.. Toge fresh yang ditata di Nasi membuat sensasi garing di mulut.. Pada gambar juga ada sepiring bawang goreng, itu adalah bawang goreng ekstra yang kami minta, free.. Lalu daun dibawah nasi itu rasanya agak pahit, tapi memang daun itu bukan untuk dimakan.. hihihi..

3. Es Teh Tawar (Rp. 4.000,-)



Es teh tawar bersama dengan bumbu yang biasa dipakai untuk minum teh.. :P

Kami hanya memesan 1 es teh tawar, bukan karena gelasnya yang besar, tapi karena kebetulan bawa air mineral sendiri.. Kafe Betawi tidak keberatan dengan air yang kami bawa sendiri itu.. Acarnya cukup enak, rasanya asam-asam segar gitu, apabila tidak tersedia di meja, minta saja sama pelayannya, gratis kok..


Total + Pajak = Rp. 63.800,-


Overall, makan di Kafe Betawi bukan untuk kamu-kamu yang mencari harga murah karena makanan yang disajikannya, tapi untuk kamu yang lagi kangen makan soto atau masakan khas jawa lainnya di Mall seperti si Kabayan pada cerita diatas.. :P






Nilai :
  • Kebersihan : 9/10 - Biasanya saya makan ketika suasana kafe masih sepi..
  • Pelayanan : 8/10 - Pelayan cukup tanggap, meskipun kadang-kadang lelet juga waktu mau bayar
  • Rasa Makanan : 7/10
  • Harga : 6/10 - Termasuk mahal untuk makanan serupa diluar Mall
  • Suasana Restoran : 8/10 - Belum pernah makan disono waktu lagi rame-ramenya

Monday, February 2, 2009

Pasta de Waraku



Restoran yang satu ini benar-benar menjadi place of interest di Grand Indonesia.. hadir dengan mengusung tema Japanese Casual Pasta & Cafe Restaurant, tepat di area dengan tema Jepang di salah satu sudut Grand Indonesia.. Banyak orang lantas berdiri melihat-lihat display yang dipajang di depan restoran, beberapa terlihat berfoto-foto didepan display itu, bahkan ada yang membawa kamera professional untuk sekedar bernarsis-narsis ria.. Saya lantas berpikir, tingkat narsis di Jakarta sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan..

Contoh-contoh display:

Jangan dimakan, 100% lilin.. hihihi...

Kamu yang datang ke Restoran pada saat jam makan harus rela antri, contohnya saya yang mendapatkan kertas antrian ini :


Nomor antrian, huruf A dengan tanda bendera dibawahnya, hihihi..

Setelah menunggu lebih kurang 10 menit, kami dipanggil.. Begitu masuk ke dalam restoran ternyata restoran itu kecil, tidak heran kalau waiting listnya panjang.. dari luar terlihat luas karena di ujung dipasang cermin yang besar, membuat ruangan seakan menjadi 2 kali lebih besar..

Setelah duduk, seorang pelayan langsung menyerahkan buku menu ke kami, kami langsung bertanya :
"Pastanya bikinan sendiri atau uda jadi, mas ?"
"Ada yang impor, ada yang lokal"
"hmm...."
* Pelayan pergi tanpa aba-aba, meninggalkan sejuta tanda tanya.

Cukup lama waktu yang kami habiskan untuk memilih makanan apa yang ingin dimakan meskipun kami sudah memutuskan mau makan apa ketika melihat-lihat pajangan didepan, karena di menu ada makanan yang lain dan semuanya terlihat menarik..! buktinya ibu-ibu yang masuk bareng kami di meja sebelah ngomong gini ke pelayannya, "Bentar ya mbak, saya naksir semuanya" dan mas-mas yang diujung pun mengedipkan matanya..


10 Most Popular Dish of The Month - January 2009


Hai, ada keju parmesan disini, haha.. pindahan dari Pizza Hut kali yach ?

Untuk semua jenis pasta disini, kamu bisa memilih, mau pakai pasta biasa atau fettuccine, kami memilih pasta biasa karena semua displaynya pasta biasa.. pilihan kami jatuh pada;

1. Chicken Katsu Tamatoji (Rp. 58.000,-)
Pada menu


Aslinya



Pasta ini menurut si pelayannya merupakan pasta yang cukup banyak dipesan orang, dan menurut dia juga enak rasanya.. ternyata, rasa pasta yang ini pada suapan pertama cukup enak tapi kesan yang ditinggalkannya adalah "Biasa aja"..

Rasanya secara keseluruhan agak asin, tapi juga manis.. Kesan biasa saja itu bisa jadi timbul karena porsi yang disajikan cukup besar, atau mungkin juga karena menu ini tidak masuk top 10 popular dish of the month... hehe..

2. Gratin Set (Rp. 78.000,-)
Pada menu


Pastanya saya pilih yang ini :


Aslinya



Pasta yang satu ini memiliki rasa susu yang dominan, seperti pasta pada Pizza Hut.. Telur yang disajikan setengah matang, beberapa orang memesan telurnya matang, atau bisa juga langsung dicampur ke pastanya panas-panas, atau kalau anda suka, boleh juga ditelan bulat-bulat.. hehe..

Soupnya enak, manis dan tidak bikin haus, sayang porsinya sedikit sekali.. saladnya pun segar dan cenderung pahit untuk anda yang tidak prefer sayuran.. dan makaroninya pun enak dengan udang yang besar dan manis..!

Porsi pastanya besar, terlihat dari mangkok yang digunakan untuk menyajikannya ;


Ini adalah mangkok yang digunakan untuk menyajikan "Soup pasta", bukan vas bunga..

3. Hot and Cold Ocha (@Rp. 10.000,-) Free Flow
Pada menu


Aslinya


Disini, Ochanya lumayan terasa, tidak seperti di tempat lain yang menyajikan air putih berwarna hijau dan diklaim sebagai Ocha.. untuk Hot Ocha, refill dengan air panas, sedangkan Cold Ocha, refill dengan ocha dingin yang baru..

4. Tiramisu Parfait (Rp. 33.000,-)
Pada Menu


Aslinya


Es krim Vanilla nya dingin (ya iya lah ya...), meskipun tidak selembut es krim semacam Wall's dan Campina tapi bolehlah.. Tapi, corn flakes yang mudah nyangkut di gigi, Tiramisu yang kecil, pisang yang hampir manis, serta strawberry yang super asam membuat dessert yang satu ini not recommended, mending jalan dikit ke Häagen-Dazs daripada dessert yang ini..


Total + Service + Tax = Rp. 218.295,-



Nilai :
  • Kebersihan : 9/10
  • Pelayanan : 7/10 - Pelayan di front door agak cuek memberi kesan "you take it or leave it"
  • Rasa Makanan : 7/10 - Beberapa dari kamu bisa bilang enak, beberapa bisa bilang biasa aja.. buat saya : Biasa aja
  • Harga : 7/10 - Harganya mahal untuk pasta yang seperti itu, tapi cukup worthed karena hal lain
  • Suasana Restoran : 8/10 - Harus kuakui, suasananya cukup nyaman